Dewasa ini cabang olahraga
lari makin diminati di kalangan masyarakat. Di dalam olahraga lari sendiri
terbagi oleh tiga kategori, yaitu lari jarak pendek, menengah ataupun jauh.
Saat ini saya akan membahas mengenai kategori jarak jauh.
Lari
jarak jauh , atau yang juga disebut lari ketahanan (endurance run)
adalah cabang olahraga atletik, yaitu lari dengan menempuh jarak minimal sejauh
5 kilometer. Lari jarak jauh biasanya dilakukan baik di jogging track, jalan
raya maupun di luar jalan raya, atau yang biasa disebut trail atau lintas
alam.
Sejarah Lari Jarak Jauh
Pada tahun 490 SM, utusan Yunani bernama Pheidippides berlari dari kota
Marathon sejauh 42 Km ke ibukota Yunani, yaitu Athena, untuk
menyampaikan pesan bahwa pasukan Yunani telah dipukul mundur oleh tentara
Persia. Itu adalah asal-usul acara olahraga lari jarak jauh modern yang
sekarang kita sebut marathon. Anda mungkin tahu mengenai cerita ini, tetapi apa
yang Anda terkadang tidak ketahui adalah bahwa ketika Pheidippides sampai di
Athena setelah berlari 42 Km, Pheidippides meninggal.
Jadi
mengapa ada orang yang mau lari jarak jauh hanya untuk bersenang-senang?
Bagaimana mungkin tubuh kita kuat untuk berlari sejauh itu? Saya memutuskan
untuk mencari tahu, jadi saya mencoba melakukan
lari
marathon . Dalam prosesnya, saya lebih mengenal diri saya, jauh lebih
banyak dari sebelumnya. Kalian siap untuk berlari jarak jauh? Pelatihan saya
dimulai jauh sebelum saya sampai di garis start.
Syarat
utama untuk menjadi seorang pelari jarak jauh adalah mampu berdiri, dan
berjalan dengan menggunakan 2 kaki. Konon nenek moyang kita pertama kali
berdiri pada tiga juta tahun yang lalu, dan mungkin tidak lama kemudian sudah
mulai berlari, yeah memang manusia diciptakan untuk berlari.
Kita
bisa katakan tubuh manusia memang dirancang untuk dapat berlari jarak jauh.
Hewan berkaki 4 dapat dengan mudah mengalahkan kita ketika sprint (lari cepat),
tetapi saat dihadapkan pada jarak jauh, manusia adalah pemegang medalinya.
Bahkan cheetah, mesin lari paling sempurna di bumi ini hanya mampu berlari,
mungkin sekitar 2,5 Km sebelum mengalami overheat.
Saat
ini, pelari maraton Olimpiade tercepat hanya kalah oleh segelintir binatang di
muka bumi ini jika bertanding pada jarak jauh. Salah satu teori evolusi
mengatakan bahwa kemampuan manusia beradaptasi dan berlari dalam jarak yang
jauh membantu manusia untuk berhasil dalam berburu. Tentu saja lebih banyak
makanan bergizi memungkinkan manusia untuk berkembang dan berevolusi, karena
otak manusia juga menjadi lebih berkembang.
Sains Dibalik Lari Jarak Jauh
Ada
beberapa alasan mengapa manusia diciptakan untuk berlari. Saluran telinga yang
besar di dalam tengkorak kepala membantu kita menyeimbangkan diri dalam
berlari, refleks mata menjaga pandangan tetap stabil meskipun kepala kita
bergerak naik-turun. Lengan yang pendek dan pergelangan kaki yang kecil
membantu kita mengayunkan dengan efektif. Bahu yang lebar, pinggang yang
ramping serta tulang panggul membantu pergerakan kaki ketika berlari. Memiliki
kelenjar keringat, bulu badan yang sedikit, badan yang tinggi dan tubuh yang
kecil memampukan kita bertahan ketika panas. Sirkulasi darah dari otak membantu
menjaganya tetap sejuk, otot gluteus maximus yang besar menstabilkan tubuh
bagian atas, lutut, pergelangan kaki dan sendi pinggul untuk menyerap
guncangan, dan yang paling penting tapak kaki yang kenyal layaknya karet.
Tapi
berikut ini adalah kemampuan adaptasi manusia dalam berlari yang paling keren.
Setiap kali tubuh kita menjejak tanah, itu menghantarkan beban hingga 8 kali
berat badan kita. Wow dengan berat saya, itu berarti sekitar 640Kg! Untuk
bertahan sepanjang 42Km, kaki berfungsi layaknya shock absorber. Ini adalah
bagian yang paling penting untuk berlari, yaitu otot tendon achilles. Sekalipun
kaki saya menyentuh tanah, dan otot-otot betis saya tegang, otot tendon masih
tetap elastis, kemudian sendi pergelangan kaki bertugas sebagai tuas, yang
transfer 50% dari energi yang dikeluarkan untuk melakukan langkah berikutnya.
Dengan menggunakan energi kinetik yang tersimpan, bukan energi kimia, kita akan
mampu berlari lebih jauh dengan lebih sedikit upaya.
Meski
begitu, kita tidak dapat berlari marathon hanya dengan kaki yang layaknya
karet, kita memerlukan energi. Seperti kendaraan bermotor memerlukan bensin,
kita manusia memerlukan
ATP (adenosina trifosfat) sebagai bahan
bakar tubuh kita. Kita memiliki otot lurik atau otot rangka di tangan, di kaki
dan di manapun bagian tubuh yang dapat digerakkan. Setiap baris otot berisi
string protein yang disebut aktin, sebelah lainnya string protein myosin.
Kepala protein myosin itu bertugas seperti ratchet (alat roda gigi yang
berputar searah), menarik rangkaian aktin, mempersingkat kontraksi otot. Sumber
energi myosin ini adalah ATP. Sayangnya tubuh kita hanya memiliki simpanan ATP
untuk beberapa detik saja, jadi kita harus terus-menerus mengisi energi ATP
kita. tugas tersebut adalah berkat kerja mitokondria dengan "pabrik-pabrik
ATP kecil"nya.
Bayangkan
tubuh kita sebagai kapal raksasa dengan triliunan mitokondria sebagai
pendayungnya. Dalam tubuh kita hampir 75Kg ATP beredar selama berlari marathon.
Itu hampir seberat seluruh berat badan saya! Ini menunjukkan betapa hebat tubuh
kita dalam mendaur ulang energi. 75 kilogram ATP yang dipecah dan dikeluarkan
tersebut adalah jumlah yang sama dengan energi yang dimiliki oleh sekilo TNT.
Tubuh
kita memperoleh ATP dalam beberapa cara yang berbeda. Jika kita berlari dengan
kecepatan penuh dalam waktu yang panjang, sel-sel kita akan dipaksa untuk
melakukan proses pembentukan energi yang tidak efisien yang disebut glikolisis,
tetapi dengan berlari sedikit lebih lambat sepanjang race, kita membuat
mitokondria bekerja menggunakan metode yang lebih efisien yang disebut siklus
Krebs dan rantai transportasi elektron.
Kita
dapat memproses banyak bahan bakar, seperti lemak atau protein untuk membuat
ATP, akan tetapi otot-otot kita lebih suka memproses glukosa, yang tersimpan
dalam bentuk glikogen untuk diproses secara cepat. Jadi sebelum lomba,
sebaiknya kita mengisi tangki bahan bakar glikogen dengan melakukan sesuatu
yang disebut loading karbohidrat.
Akan
tetapi, meskipun kita makan banyak makanan yang mengandung karbohidrat sebelum
perlombaan, tubuh kita tidak akan menyimpan cadangan glikogen yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan sebuah perlombaan maraton, jadi kita harus makan
dan minum selama perlombaan tersebut, atau kita, takutnya, akan menabrak
dinding.
Menabrak
tembok adalah istilah kelelahan yang akut. Dan ini adalah beberapa alasan
mengapa hal tersebut bisa terjadi. Jika kita kehabisan glikogen, maka otot-otot
kita akan kehabisan ATP dan ratchet (roda gigi) protein akan terjebak dalam
posisi terkunci. Inilah mengapa ketika meninggal, tubuh menjadi agak kaku. Jika
sel-sel tubuh tidak memiliki cukup garam, maka saraf dan otot tidak akan
memiliki natrium, kalium dan kalsium yang dibutuhkan untuk mengirimkan
sinyal-sinyal elektrik. Inilah alasan utama kenapa banyak orang menabrak tembok
dalam race marathon.
Otak
kita bersaing dengan otot-otot kita untuk menggunakan gula darah, dan ketika
kadar gula terlalu rendah, kita akan merasa pusing dan stress. "Saya pikir
saya akan mati. Saya akan mati." "Anda akan baik-baik saja."
Saat itu sebenarnya otak kita sedang mencegah otot menghabiskan energi, untuk
menyimpan sisa energi untuk keadaan darurat.
Pengalaman Lari Jarak Jauh
Saat
pertama saya ambil bagian dalam race marathon pertama saya, saya menemukan
bahwa lari jarak jauh ini tidak sama seperti event olahraga yang pernah saya
ikuti sebelumnya. Kita tidak bertanding melawan orang lain sebagai lawan; kita
hanya sedang bertanding melawan diri sendiri. Semua perasaan sukacita,
kelelahan, dan rasa sakit hanya ada dalam pikiran kita. Pikiran tersebut
terhubung ke otot-otot fisik dan pembangkit elektrik kimiawi, dan protein lalu
memerintahkan mereka untuk berkerja.
Saya
tidak pernah mengerti banyak hal tentang tubuh saya, atau mengenai hal
biologis, akan tetapi ketika saya memaksa tubuh saya untuk melampaui batas
diri, dalam prosesnya, saya justru menemukan bahwa itu semua bukanlah limit
diri saya.
Persiapan Lomba Lari Jarak Jauh
Jadi
apakah Anda memutuskan untuk mencoba bergabung dengan saya untuk berlari
marathon? Sebekat mencoba untuk langsung berlari maraton, ada baiknya Anda
memulai dengan perlombaan lari dengan jarak 5 kilometer (5K) atau bahkan sampai
21 kilometer (Half Marathon) untuk dapat menilai bagaimana tubuh Anda beradaptasi,
juga perasaan yang Anda rasakan selama race atau perlombaan.
Mengikuti
lomba dengan jarak tempuh yang lebih pendek membantu kita untuk menilai apakah
latihan yang sudah kita lakukan sudah sesuai ataukah belum cukup untuk lanjut
ke jarak yang lebih jauh. Dengan penilaian yang di lakukan, kita bisa mengambil
kesimpulan, apa yang harus dilakukan selain latihan berlari. Sebagai contoh,
apakah kita memerlukan latihan untuk menambah tenaga. Atau mungkin sedikit
porsi latihan cross-training untuk membangun tubuh kita agar lebih kuat,
sehingga pada waktunya kita dapat menaklukkan race 42 kilometer (maraton).
Ketika Anda memutuskan untuk komitmen
memberikan waktu untuk berlatih maraton, ada baiknya Anda mencari tahu mengenai
klub ataupun tim lari yang ada di sekitar lokasi Anda tinggal. Lihat dan
tanyakan apakah mereka memiliki program pelatihan yang dapat Anda gunakan untuk
mempersiapkan diri Anda menghadapi perlombaan. Bergabunglah dengan klub-klub lari lokal,
sehingga Anda dapat mengikuti pelatihan ataupun dapat berlatih bersama dengan
anggota klub lari tersebut.
Selain dengan bergabung di klub lari
lokal, perbanyak juga pengetahuan mengenai hal ini di internet, misalnya dengan
mengunjungi dan membaca blog ini tentunya. Di internet sendiri ada begitu
banyak rencana pelatihan maraton yang bagus dan dapat di terapkan untuk
membantu Anda mencapai tujuan. Ada begitu banyak metode pelatihan online yang
akan memberi Anda program latihan selama 8 minggu hingga 16 minggu.
Jika Anda benar-benar seorang pemula,
dan belum pernah berlari sebelumnya, mulailah latihan berlari dengan jarak yang
tidak terlalu jauh, misalnya 2,5 kilometer. Secara pribadi, saya mengharapkan
Anda untuk tidak terlalu terburu-buru menaikkan jarak tempuh lari Anda dan
secara bertahap hingga Anda mampu menempuh jarak 5 kilometer sampai 10
kilometer dan seterusnya.
Selama menjalani program latihan yang
Anda pilih, secara bertahap akan membangun kemampuan Anda menempuh jarak tempuh
yang lebih jauh, dan menaikkan kecepatan Anda dalam berlari. Lakukan terus
program latihan Anda selama 2 hingga 3 minggu, selanjutnya review hasil latihan
Anda pada minggu ke 4, dan terus ulangi dari awal latihan Anda. Selain latihan, tentu saja perhatikan
bahwa tubuh Anda memerlukan istirahat yang cukup. Terlebih mendekati race, Anda
harus beristirahat agar tubuh pulih dan siap menghadapi perlombaan.
Kapan
Anda siap untuk lari marathon? Ini adalah pertanyaan untuk diri sendiri.
Pertanyaan i nilah yang kita siapkan untuk mengetahui jawabannya ketika kita
sudah menyelesaikan lomba lari 5 kilometer ataupun 21 kilometer. Dari situ
tubuh kita merasakan apakah kita sudah siap atau belum. Ini bukan hanya
mengenai kesiapan fisik, tetapi lebih kepada kesiapan mental kita. 42 Kilometer
adalah jarak yang sangat jauh, bagaimana
menghadapinya sepenuhnya tergantung pada diri Anda. Ini yang harus kita cari
tahu sendiri.
Selain
kesiapan fisik dan mental, pada saat lomba marathon, Anda musti memperhatikan
asupan kalori Anda. Seperti yang saya jelaskan diatas, bahwa tubuh kita tidak
dapat menyimpan seluruh energy yang dibutuhkan untuk menempuh jarak sejauh itu.
Sebagian orang berlari menempuh jarak 42 kilometer tersebut dalam waktu 3, 4, 5
hingga enam bahkan tujuh jam hanya sekedar untuk menyelesaikan perlombaan. Itu adalah
waktu yang sangat-sangat lama tanpa asupan kalori. Oleh karena itu banyak atlit
lari yang mempersiapkan pisang, gel, power bar ataupun roti selai untuk
dikonsumsi sebagai asupan kalori mereka ketika marathon. Nah oleh karena itu jangan
lupa persiapkan juga bekal asupan kalori Anda ketika Anda memutuskan untuk
mengikuti perlombaan marathon.
Jika
Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak mengenai cara lari jarak jauh,
Silakan saksikan video ini...
VIDEO